Kamis, 20 September 2018

Tradisi Bubur Asyura di Ponpes Nurul Huda

Santri dan ustadz di lingkungan Ponpes Nurul Huda parit 5 Sungai Luar bersama-sama memasak bubur Asyura pada bulan 10 muharam, kegiatan ini dilaksanakan sebagai titik balik dari sejarah Islam. Anggapan tentang kehadiran bubur Asyura di masyarakat cukup bermacam-macam. Sebagian besar mengaitkannya dengan riwayat para nabi, dalam hal ini Nabi Nuh, Nabi Musa dan Nabi Muhammad Saw. Pada cerita Nabi Nuh, bubur ini dibuat sesaat setelah peristiwa banjir besar. Diceritakan bahwa bahan makanan yang ada di dalam kapal, semua dimasak menjadi satu, kemudian dibagikan kepada umat yang ikut naik ke dalam kapal. Bagaimana pun, cerita mengenai sejarah bubur Asyura ini, menjadi warna sendiri pada setiap perayaannya.

Bahan-bahan dalam memasak bubur Asyura di setiap wilayah di Indonesia boleh saja berbeda. Namun, ada satu yang membuatnya sama, yaitu ia menjadi sarana dalam mempererat silaturahmi antar warga. Karena dibuat dalam porsi besar, warga di setiap wilayah di Indonesia bergotong-royong memasaknya. Dari mulai menyiapkan bahan, memotong hingga mengaduk bubur untuk mematangkannya dilakukan bersama-sama.

Begitu juga dengan santri di Ponpes Nurul Huda ini saling bergotong royong dalam memasak mulai dari mencari bahan dan perlengkaan masak lainnya, sehingga rasa kekeluargaan dan silaturahmi tetap terjaga. Kegiatan ini menjadikan sebagai wadah memberikan mereka pembelajaran langsung dan pengalaman bagi santri sebagai bekal nantinya setelah menyelesaikan pendidikan di Ponpes ini mereka akan kembali dan harus siap ditengah masyarakat dalam pengabdian dan menjalankan syiar Islam.

0 komentar:

Posting Komentar